Sejarah Desa

26 Agustus 2016
Administrator
Dibaca 1.006 Kali

Di lereng gunung Arjuna di kecamatan Trawas terdapat desa Kesiman. Semula desa itu terisolir dan terhubung dengan desa tetangga hanya dengan jalan setapak saja. Setelah proses pembangunan berlangsung dan jalan penghubung diperbaiki membuat warga desa terbuka. Mereka jadi malu saat nama desanya Kesiman Gemblung dijadikan bahan olokan. Keseringan ditertawai membuat hati tidak nyaman.

Hingga kemudian dalam sebuah pertemuan di Kabupaten Mojokerto yang dihadiri oleh Gubernur Sunandar Priyo Sudarmo sempat berseloroh, "Desa kok namanya Gemblung..". Perkataan yang disambut dengan riuh tawa seluruh peserta rapat, tentu terkecuali perangkat desa Kesiman Gemblung yang cuma bisa cengar-ceengir saat desanya dibuat bahan tertawaan.

Pada tahun 1983 digelar rapat desa dengan agenda mengganti nama. Mereka ingin kata Gemblung hilang dari papan nama desa. Gemblung memang bisa berarti malas, bloon, gendut, atau gila. Usulan yang muncul diantaranya Kesiman Jaya, Kesiman Asri, Kesiman makmur dan sebagainya. Pada akhirnya yang dipilih adalah Kesiman, tanpa embel-embel tambahan.

Hasil rapat tersebut kemudian disorongkan pada pemerintah Propinsi yang memiliki kewenangan. Perubahan nomenklatur pemerintahan desa harus dengan tanda tangan gubernur. Ternyata proses itu tidak secepat harapan. Butuh waktu hampir sepuluh tahun hingga bukan pertengahan tahun 1992 surat keputusan itu turun dan menetapkan nama Desa Kesiman.

Mengenai nama awalnya, Kesiman Gemblung diyakini berasal dari kata Sima dan Gemblung. Sima berarti macan yang dulunya memang banyak terdapat di hutan desa tersebut. Kesiman bisa dimaknai tempat yang banyak macamnya. Sedangkan Gemblung diambil dari tanah sawah disana yang berbunyi blung-blung-blung. Bunyi yang muncul dari lapisan bawahnya berongga.