Nasi Purakan di Lembah Hutan, Makan Bersama sambil Menikmati Alam

28 November 2020
luxmant Teguh
Dibaca 1.080 Kali
Nasi Purakan di Lembah Hutan, Makan Bersama sambil Menikmati Alam

Mojokerto – Tradisi atau kebiasaan makan bersama dengan tangan atau tanpa sendok jadi sensasi tersendiri. Dalam bahasa Jawa sering disebut dengan purakan yang artinya makan bersama dalam jumlah porsi besar dengan menggunakan tangan langsung.

Di Kabupaten Mojokerto dan sekitarnya, kebiasaan itu jadi label menu kuliner yang dinamakan nasi purakan, nasi dengan berbagai macam lauk pauk yang biasanya ditempatkan dalam layah atau wadah dari tanah liat.

Salah satu tempat kuliner yang menawarkan makan nasi purakan dengan sensasi berbeda adalah Warung Berkah yang berada di tepi lembah Alas Glotak, Dusun/Desa Kemloko, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto.

Udara yang sejuk dengan pemandangan alam di lembah hutan semakin menambah mantapnya masakan dan sambal khas nasi purakan.

Satu layah berisi berbagai macam lauk pauk dan sayuran seperti ayam goreng, telur, ikan gurami, ikan wader, tahu, tempe, dan terong goreng serta sambal ulek yang dibubuhi perasan jeruk lemon.

Satu porsi lauk pauk dan sayuran ini hanya dibandrol Rp50 ribu dan bisa disantap untuk lima orang. Sedangkan satu porsi nasi hanya dihargai Rp5.000 sepuasnya.

Sejuknya hutan cemara dan nikmatnya nasi purakan menambah kehangatan kebersamaan dengan keluarga, kerabat, kawan, hingga kolega di libur panjang akhir pekan.

 

NASI PURAKAN. Porsi besar nasi purakan berisi berbagai jenis lauk pauk seperti ayam goreng, telur, ikan gurame, ikan wader, tahu, tempe, terong, dan sambal. Foto: Karina Norhadini

"Ramainya memang kalau akhir pekan, Sabtu-Minggu memang di area sini. Kita bukanya pukul 09.00 WIB sampai pukul 19.00 WIB, tapi kalau warkop 24 jam," ucap Nurfadillah, 41 tahun, pemilik Warung Berkah yang berada di area kuliner sepanjang lembah Alas Glotak, Selasa, 27 Oktober 2020.

 

Menu khas nasi purakan digemari semua kalangan termasuk pejabat dan orang penting. Bahkan dikabarkan pejabat militer berpangkat jenderal pernah bertandang ke warung ini.

"Biasanya ada yang telepon di sini dan bilang ada Pak Jenderal tolong dikosongkan satu tempat ya. Otomatis langsung saya kosongkan satu tempat, seringkali dipesan kantor-kantor pemerintah juga. Soalnya bisa dimakan bersama-sama," kata wanita yang akrab disapa Mbak Dilla ini.

Dilla mengaku baru enam bulan mencoba konsep kuliner di lahan milik Perhutani yang disewa tanpa batas waktu ini. Hanya saja, jika Perhutani membutuhkan lahan tersebut, maka ia harus rela menyerahkannya.

"Dulu saya punya rumah makan di daerah Kesiman, karena ngontrak jadi terbatas oleh waktu. Kalau di sini saya alhamdulillah dapat tempat, kalau ini kontraknya tidak terbatas, bila negara membutuhkan saja diminta," katanya.

Selain menu khas nasi purakan, warungnya juga menyediakan berbagai menu lain seperti rawon dengkul, rica-rica bebek, ayam geprek, gurami bakar dan goreng, dan ceker mercon. Bahkan terdapat puluhan aneka minuman yang sengaja disediakan untuk memanjakan pengunjung.